Profil Desa Panican
Ketahui informasi secara rinci Desa Panican mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Panican, Kemangkon, Purbalingga, tempat kelahiran pahlawan nasional Panglima Besar Jenderal Soedirman. Mengupas warisan sejarah agung melalui Monumen Tempat Lahir (MTL), serta dampaknya pada pariwisata, ekonomi, dan identitas desa.
-
Tempat Bersejarah Nasional
Desa Panican memiliki status kehormatan sebagai lokasi kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman, yang ditandai dengan berdirinya Monumen Tempat Lahir (MTL) yang megah.
-
Pusat Wisata Sejarah & Edukasi
Keberadaan MTL Soedirman menjadikan Panican destinasi utama untuk wisata ziarah kebangsaan, edukasi patriotisme, dan napak tilas nilai-nilai perjuangan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
-
Ekonomi Berbasis Sejarah dan Agraris
Perekonomian desa secara unik ditopang oleh dualisme sektor, yakni pariwisata sejarah yang tumbuh di sekitar monumen dan sektor pertanian tradisional yang menjadi basis kehidupan warganya.

Di antara ribuan desa di Indonesia, hanya segelintir yang namanya terpatri abadi dalam narasi besar bangsa. Desa Panican, yang terletak di Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, merupakan salah satunya. Desa yang tampak tenang dan bersahaja ini memegang sebuah kehormatan dan warisan agung sebagai tanah kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman, pahlawan nasional dan bapak Tentara Nasional Indonesia (TNI). Keistimewaan historis ini menjadikan Panican bukan sekadar sebuah entitas geografis, melainkan sebuah monumen hidup, tempat di mana api semangat perjuangan dan patriotisme pertama kali dinyalakan.
Desa Panican terhampar di atas wilayah seluas 3,21 kilometer persegi. Menurut data kependudukan per Juni 2025, desa ini dihuni oleh sekitar 4.870 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 1.517 jiwa per kilometer persegi. Dengan kode pos 53381, Desa Panican setiap hari menyambut para peziarah sejarah, akademisi dan wisatawan, yang datang untuk menyerap aura kepahlawanan dari salah satu putra terbaik yang pernah dilahirkan Ibu Pertiwi.
Titik Nol Sejarah Sang Panglima Besar
Pada 24 Januari 1916, di sebuah rumah sederhana di Dukuh Rembang, Desa Panican, lahirlah seorang bayi laki-laki dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem. Bayi yang kelak diberi nama Soedirman itu ditakdirkan untuk menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Untuk mengabadikan peristiwa maha penting ini, Pemerintah membangun Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman tepat di lokasi tersebut.
Kini, MTL Soedirman telah menjadi sebuah kompleks wisata sejarah yang representatif dan terkelola dengan baik. Kompleks ini tidak hanya berisi patung sang jenderal yang berdiri gagah, tetapi juga mencakup beberapa fasilitas edukatif utama:
- Replika Rumah KelahiranSebuah duplikat rumah sederhana tempat Soedirman dilahirkan, lengkap dengan perabotan zaman dahulu, memberikan gambaran otentik tentang latar belakang kehidupannya yang bersahaja.
- Museum dan DioramaDi dalam museum, pengunjung dapat menyaksikan diorama yang mengisahkan perjalanan hidup dan perjuangan Jenderal Soedirman, mulai dari masa kecil, karier sebagai guru, hingga kepemimpinannya dalam perang gerilya yang legendaris.
- PerpustakaanTersedia pula sebuah perpustakaan yang menyimpan koleksi buku-buku sejarah, biografi, dan literatur lain yang berkaitan dengan perjuangan bangsa, khususnya figur Jenderal Soedirman.
- Pendopo dan Fasilitas LainSebuah pendopo besar sering digunakan untuk acara-acara seremonial kenegaraan, seminar kebangsaan, atau sebagai tempat istirahat bagi rombongan pengunjung.
Keberadaan kompleks monumental ini menegaskan status Desa Panican sebagai titik nol, tempat di mana perjalanan seorang pahlawan besar dimulai.
Magnet Wisata Sejarah dan Edukasi Kebangsaan
MTL Jenderal Soedirman telah mentransformasi Desa Panican menjadi destinasi wisata minat khusus yang vital, yakni wisata sejarah dan edukasi kebangsaan. Pengunjung yang datang berasal dari berbagai kalangan dengan beragam tujuan. Rombongan pelajar datang untuk belajar sejarah di luar kelas, taruna akademi militer dan kepolisian datang untuk napak tilas dan menyerap spirit kepemimpinan, sementara masyarakat umum datang untuk berziarah dan mengenang jasa-jasa sang pahlawan.
Desa Panican menjadi sangat ramai, terutama saat peringatan hari-hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, dan Hari Juang Kartika atau HUT TNI. Pada momen-momen tersebut, berbagai upacara seremonial kerap digelar di kompleks monumen, dihadiri oleh para pejabat tinggi negara, pimpinan TNI/Polri, serta ribuan masyarakat.
"Bagi kami, monumen ini bukan sekadar bangunan. Ini adalah sumber inspirasi. Setiap kali melihatnya, kami diingatkan tentang nilai-nilai kesederhanaan, kegigihan, dan cinta tanpa syarat kepada tanah air yang diwariskan oleh Jenderal Soedirman," ungkap seorang guru yang membawa rombongan muridnya. Fungsi edukatif inilah yang menjadikan Desa Panican sebagai laboratorium hidup untuk penanaman karakter bangsa.
Ekonomi Desa: Hidup dari Sejarah, Bertumpu pada Tanah
Status sebagai desa bersejarah memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Panican. Lahirlah sebuah ekosistem ekonomi yang hidup dari arus kunjungan wisata. Di sekitar kompleks monumen, puluhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh subur. Warga membuka warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman, toko-toko yang menjual aneka suvenir seperti kaus, gantungan kunci, dan miniatur bertema Jenderal Soedirman, hingga mengelola area parkir untuk bus-bus pariwisata.
Meski demikian, Desa Panican tidak serta-merta meninggalkan fondasi ekonomi tradisionalnya. Sektor pertanian tetap menjadi penopang kehidupan bagi sebagian besar warga lainnya. Lahan-lahan sawah di luar area monumen tetap diolah dengan tekun, menghasilkan padi dan palawija yang menopang ketahanan pangan lokal. Dualisme ekonomi ini menciptakan sebuah keseimbangan yang unik. Di satu sisi, ada denyut ekonomi modern yang didorong oleh pariwisata. Di sisi lain, ada ritme ekonomi agraris yang berjalan tenang dan stabil. Pemerintah desa terus berupaya agar manfaat ekonomi dari pariwisata sejarah ini dapat dirasakan lebih merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Nafas Patriotisme dalam Tata Kelola dan Kehidupan Sosial
Menjadi warga Desa Panican membawa sebuah kebanggaan (pride) sekaligus tanggung jawab moral. Spirit Jenderal Soedirman seakan menjadi nafas dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakatnya. Rasa memiliki terhadap warisan sejarah ini sangat tinggi, tecermin dari bagaimana warga turut serta menjaga kebersihan, keamanan, dan keramahan di lingkungan sekitar monumen.
Pemerintah Desa Panican memegang peranan penting dalam mengelola desa bersejarah ini. Tata kelola pemerintahan tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik semata, tetapi juga pada pembangunan mental dan pemeliharaan nilai-nilai kebangsaan. Koordinasi yang erat dengan pemerintah kabupaten dan pihak pengelola monumen menjadi kunci untuk menyelaraskan program-program pembangunan.
"Memimpin Desa Panican adalah sebuah amanah yang berat namun mulia. Kami tidak hanya membangun jalan atau jembatan, kami juga bertugas merawat sebuah warisan besar untuk generasi mendatang. Setiap kebijakan yang kami ambil harus selaras dengan semangat dan nama besar Jenderal Soedirman yang melekat pada desa ini," tutur seorang perwakilan pemerintah desa. Semangat ini diwujudkan melalui berbagai kegiatan kepemudaan, keagamaan, dan sosial yang selalu disisipi dengan pesan-sepan patriotisme.
Merawat Api Semangat dari Tanah Kelahiran
Desa Panican, Kecamatan Kemangkon, akan selamanya tercatat dalam sejarah sebagai tempat di mana seorang raksasa sejarah dilahirkan. Desa ini lebih dari sekadar tujuan wisata; ia adalah sumber inspirasi, pengingat abadi tentang pengorbanan, dan laboratorium karakter bangsa. Warisan Jenderal Soedirman telah memberikan identitas, kehormatan, dan peluang bagi desa ini untuk tumbuh dan berkembang.
Tantangan terbesar bagi Desa Panican di masa depan adalah bagaimana menerjemahkan spirit kepahlawanan yang agung ini menjadi etos kerja, inovasi, dan kemajuan yang nyata di segala bidang bagi warganya. Dengan terus merawat api semangat Sang Panglima Besar, Desa Panican tidak hanya akan dikenal karena masa lalunya yang gemilang, tetapi juga karena masa kini dan masa depannya yang terus membangun dan berprestasi.